Renungan Harian Katolik Kamis 12 Oktober 2023

Renungan Harian Katolik Kamis 12 Oktober 2023, Bacaan Injil Lukas 11:5-13 (Baca Alkitab – Klik disini)

Bacaan I: Mal. 3:13-4:2a; Mazmur 1:1-2,3,4,6; Bacaan Injil: Luk. 11:5-13 Kamis Hari Biasa Pekan XXVII Warna Liturgi Hijau.

Bacaan Injil Kamis 12 Oktober 2023 – Lukas 11:5-13

Pada waktu itu, sesudah mengajar para murid berdoa, Yesus bersabda kepada mereka, “Jika di antara kalian ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat dan berkata kepadanya, ‘Saudara, pinjamilah aku tiga buah roti, sebab seorang sahabatku dalam perjalanan singgah di rumahku, dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya’, masakah ia yang di dalam rumah itu akan menjawab, ‘Jangan mengganggu aku; pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.

Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu’. Aku berkata kepadamu: Sekalipun dia tidak mau bangun dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya, namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu, pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu, mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, akan menerima; setiap orang yang mencari, akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu.

Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan? Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?

Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya.”

Renungan Harian Katolik Kamis 12 Oktober 2023, Bacaan Injil

Apa artinya iman jika tidak disertai dengan rasa percaya (dalam arti trust) dan ketekunan? Tidak lebih daripada sekadar isapan jempol.

Yesus melukiskan pokok ini dengan menceritakan perumpamaan tentang seseorang yang tidak mau pergi sampai tetangganya memberikan kepadanya apa yang dibutuhkannya.

Pesannya jelas: Allah ingin agar kita datang kepadanya dengan rasa percaya dan ketekunan, dengan hasrat mendalam untuk memperoleh berkat-Nya.

Jika Allah tidak langsung mengabulkan permintaan kita, maka hal ini bukanlah disebabkan bahwa Ia begitu sibuk dengan hal-hal lain atau tidak cukup peduli kepada/tentang kita.

Seringkali, Allah ingin agar kita menunggu karena Dia mengetahui bagaimana ketekunan dapat mengubah secara mendalam.

Seperti ditulis oleh Santo Paulus: “Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Rm 5:3-4).

Mudah sekali hati kita menjadi ciut jika kita tidak langsung menerima jawaban. Kita mungkin merasa tidak mau bergantung pada Allah dan sebaliknya malah menggantungkan segalanya pada kekuatan kita sendiri.

Namun Yesus mendorong kita untuk tetap mengetuk; dan Ia berjanji akan membuka pintu dan mencurahkan Roh-Nya ke atas seua orang yang meminta kepada-Nya. Maka kita harus tetap percaya dan setia pada-Nya.

Melalui kesetiaan dan ketekunan kita, kita memperkenankan Allah membentuk diri kita menjadi bejana-bejana bagi kemuliaan-Nya.

Selagi kita menantikan Dia, kita dapat belajar menaruh kepercayaan kepada-Nya, dan dalam menaruh kepercayaan kepada-Nya kita pun dapat bertumbuh menjadi lebih kuat dan lebih mampu menolong orang-orang lain.