Renungan Harian Katolik Minggu 22 Oktober 2023

Renungan Harian Katolik Minggu 22 Oktober 2023, Bacaan Injil Matius 22:15-21 (Baca Alkitab – Klik disini)

Bacaan I: Yes. 45:1,4-6 Mazmur 96:1,3,4-5,7-8,9-10ac Bacaaan II: 1Tes. 1:1-5b Bacaan Injil: Mat. 22:15-21 Hari Minggu Biasa XXIX Hari Minggu Misi Warna Liturgi Hijau.

Bacaan Injil Minggu 22 Oktober 2023 – Matius 22:15-21

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.

Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.

Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka.

Maka Ia lalu berkata, “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!” Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus.

Maka Yesus bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan kaisar.”

Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Renungan Harian Katolik Minggu 22 Oktober 2023, Bacaan Injil

Sebagai anak-anak Allah kita telah dibebaskan dan mempunyai kebebasan untuk menjalani hidup seturut yang dikehendaki Allah. Kebebasan bukanlah sebebas-bebasnya. Kita telah bebas dari cengkeraman dosa karena penebusan Yesus namun tidak bebas untuk melakukan segala sesuatu yang kita sukai dan ingini.

Maka harus terus mencari menemukan dan menjalankan apa yang diingini Allah. Itulah persembahan yang utama kepada Allah. Syukur karena Dia selalu memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk melakukan hal itu.

Lalu, sebagai anak-anak Allah (orang beriman) kita juga warga masyarakat suatu bangsa. Dengan demikian tentu saja kita mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negara. Apakah hal ini terpisah dengan kewajiban kita kepada Allah? Almarhum Mgr. A. Soegijapranata, SJ mengatakan kita hendaknya menjadi 100% orang Katolik 100% orang Indonesia.

Hal ini memberi pesan bahwa kalau kita sungguh Katolik ya seharusnya kita sungguh orang Indonesia yang melakukan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara. Apa yang kita lakukan itu hendaknya menjadi perwujudan iman.

Kemudian sebagai orang beriman kita harus mengungkapkannya kepada Allah dalam doa (ibadah) dan karya. Kalau kedua hal ini dapat kita hayati dan laksanakan dalam hidup sehari-hari maka benarlah bahwa kita telah menjalankan perintah Yesus: “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Semoga sebagai orang “merdeka” kita hidup dalam usaha terus menerus merealisasikan apa yang dikehendaki Allah dan menjalankan hak serta kewajiban sebagai warga Negara yang baik.