Renungan Harian Katolik Rabu 25 Oktober 2023

Renungan Harian Katolik Rabu 25 Oktober 2023, Bacaan Injil Lukas 12:39-48 (Baca Alkitab – Klik disini)

Bacaan I: Rm. Rm. 6:12-18 Mazmur 124:1-3,4-6,7-8 Bacaan Injil: Luk. 12:39-48 Hari biasa Pekan XXIX Warna Liturgi Hijau.

Bacaan Injil Rabu 25 Oktober 2023 – Lukas 12:39-48

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.

Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka.” Petrus bertanya, “Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksud dengan perumpamaan ini ataukah juga semua orang?”

Tuhan menjawab, “Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang.

Aku berkata kepadamu: Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi jika hamba itu jahat dan berkata dan berkata dalam hatinya, ‘Tuanku tidak datang-datang.’

Lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, pria maupun wanita, dan makan minum serta mabuk, maka tuannya akan datang pada hari yang tidak disangka-sangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan tuan itu akan membunuh dia serta membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.

Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya.”

Renungan Harian Katolik Rabu 25 Oktober 2023, Bacaan Injil

Dalam Injil hari ini, Yesus menggambarkan kedatangan Allah yang tidak disangka-sangka manusia melalui sebuah perumpamaan seorang hamba dengan Tuannya. Yesus memulainya dengan berkata : “Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.

Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan”. Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang”?

Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang. “Aku berkata kepadamu”: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia jadi pengawas segala miliknya.”

Tuhan Yesus melanjutkan perumpamaan, kata-Nya : Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Ada pun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.

Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”.

Melalui perumpamaan tentang hamba dan Tuannya, kita dapat merenungkan sikap dan pola hidup kita. Pertama, menjadi hamba yang berkenan kepada Tuannya. Tuan kita cuma satu yakni Allah.

Maka satu-satunya pribadi yang harus kita hormati dan patuhi ialah Allah. Karena itu, untuk menjadi hamba yang berkenan kepada Allah dibutuhkan sikap siap sedia yang ditunjukkan dengan kesetiaan dan kebijaksanaan.

Sikap siap sedia biasanya ditunjukkan polisi dan tentara. Kalau kita masuk ke markas besar polisi atau tentara, kita melihat prajurit yang berdiri tegap di depan pintu. Mereka siap sedia menyambut tamu. Namun ada satu yang paling mereka nantikan yakni komandan atau pimpinan mereka.

Para prajurit itu bisa saja melakukan sedikit kesalahan atau kelalaian kepada para tamu yang datang. Tetapi ketika komandan atau pemimpin mereka datang, hampir tidak ada toleransi atau kelonggaran untuk berbuat salah atau kilaf. Artinya begitu pemimpim mereka masuk, mereka harus dalam posisi siap menyambut sang komandan atau pemimpin.

Kita tidak mudah untuk menjadi hamba yang siap sedia. Namun itulah yang Yesus kehendaki dari kita para pengikut-Nya. Kita diminta untuk bersikap layaknya tentara atau polisi yang berjaga-jaga di pinta gerbang menantikan pemimpim meraka datang.

Tetapi kita tahu bahwa dari tugas yang terlihat sederhana atau bahkan rendah, yakni hanya menjadi penjaga pintu, seorang prajurit bisa naik pangkat sampai ke jenjang yang paling tinggi.

Hal yang sama belaku bagi kita umat Katolik dan Kristen. Kita hanya diminta untuk siap sedia dengan cara menjaga hidup kita dari hal-hal yang jahat. Caranya sangat sederhana dan terlihat kecil, yakni setia dengan pasangan, rajin berdoa setiap pagi dan malam.

Dengan cara demikian kita siap menyambut sang komandan dan pemimpin kita, yakni Allah. Kedua, menjadi hamba yang jahat. Menjadi hamba yang hanya berdiam diri, sangat iri melihat orang lain yang sukses, tidak siap sedia serta tidak mau berkorban adalah ciri hamba yang jahat.

Apakah kita sudah berusaha untuk menjadi hamba yang setia dengan bersikap siap sedia, ataukah kita menjadi hamba yang jahat?